Ribuan
tahun yang lalu, di negeri Vietnam hidup saudara kembar Tan dan Lang. Keduanya
sangat tampan, jujur, dan suka menolong orang. Keduanya saling menyayangi dan
amat rukun hidupnya. Di mana ada Tan, pasti di situ ada Lang. Mereka kiranya
tak mau berpisah.
Orang tuanya mendidik Tan dan Lang
dengan baik dan penuh kesabaran. Tan dan Lang tumbuh menjadi pemuda yang
berbudi luhur dan dermawan.
Pada usia 21 tahun, Tan dan Lang
meninggalkan desanya untuk berguru kepada Pendeta Ho yang terkenal pandai dan
saleh itu. Pendeta Ho menerima Tan dan Lang dengan ramah dan gembira.
Tan dan Lang kiranya cepat pandai,
ilmu yang dipelajarinya cepat pula dikuasai. Namun, ia tak segera kembali ke
desanya. Dan selidik demi selidik kiranya kedua pemuda itu jatuh cinta pada
putri Pendeta Ho yang cantik jelita itu. Gadis itu bernama Mei, ia gadis lembut
dan berbudi luhur.
Mei terpaksa minta bantuan kepada
ayahnya. Pendeta Ho terpaksa memilih Tan sebagai calon suami Mei. Meskipun
pilihan jatuh kepada Tan, Lang tidak iri hati kepada saudara kembarnya.
Sementara Lang merasa kesepian juga,
sebab Tan selalu bersama Mei. Lang jadi sedih hatinya. Untuk menghilangkan
kesedihan hatinya itu ia ingin berkeliling dunia. Dengan membawa rasa sayang
terhadap saudaranya Lang ia memulai pengembaraannya.
Hutan belukar ia masuki, gunung dan
ngarai ia telusuri. Berbulan-bulan sudah Lang mengembara untuk menggembirakan
hatinya. Suatu hari, Lang tiba di sebuah hutan belantara. Pohon-pohonnya amat
rapat dan sinar matahari tak dapat menembus. Lang serasa terperengkap di situ.
Tak bisa keluar dari hutan. Akhirnya Lang meninggal dalam perjalanan.
Tapi anehnya, setelah meninggal tubuh
Lang berubah menjadi gunung putih berkilauan. Suatu pertanda kesucian kasih
sayang Lang kepada saudara kembarnya Tan dan isterinya Mei terlalu dalam.
Sementara itu, Tan bermimpi bahwa Lang
telah meninggal. Yah, firasat menjadi sebuah kenyataan. Tan kiranya ingin
berziarah ke makam Lang adiknya.
Tiba-tiba saja Tan terbangun dari mimpi
buruknya, lalu meninggalkan isterinya yang masih tertidur pulas itu. Tan
berjalan menerobos kegelapan malam yang sepi itu, niatnya hanya satu mencari
kuburan Lang adiknya di tengah hutan sesuai petunjuk mimpinya.
Setelah tiba di tengah hutan Tan sangat
lelah sekali. Sudah beberapa hari ia tak makan dan minum. Oleh karena itu, tak
terasa ia pun jatuh tertidur. Anehnya Tan tak dapat bangun lagi, dia meninggal
sewaktu tertidur pulas. Tubuh Tan tak terduga tertimbun tanah yang sedikit demi
sedikit longsor dari Gunung Putih. Kemudian keajaiban terlihat lagi manakala
kuburan Tan itu berubah menjadi pohon pinang.
Di rumah, isteri Tan sangat sedih atas
kepergian Tan suaminya yang tak tentu arah itu. Mei lalu pergi meninggalkan
rumahnya dan berjalan tak tentu arah. Mei tak kembali jika tak bertemu
suaminya. Tan adalah dambaan siang dan malam.
Beberapa hari kemudian Mei tiba di kaki
Gunung Putih. Mei ingin mendaki Gunung Putih agar dapat melihat perjalanan Tan
suaminya dari ketinggian gunung.
Sayang, ketika ia melangkahkan kakinya
di dekat pohon pisang, kakinya pun terpelosok. Mei jatuh dan meninggal
seketika. Aneh, tubuhnya kemudian beruabah menjadi pohon sirih.
Tak lama kemudian kira-kira 5 bulan Raja
Hung Voung yang memerintah negeri Vietnam, berburu ke hutan Gunung Putih.
Ketika melihat pohon pinang dan pohon sirih tumbuh di atas bukit kapur putih,
Raja termenung sejenak. Tiba-tiba hatinya tergerak memetik beberapa helai daun
sirih, lalu memetik buah pinang dan mengambil kapur sedikit. Ketiganya lalu
diramu dan disantap seketika.
Demikianlah, Raja Hun Voung mulai
menciptakan kebiasaan makan sirih, untuk memperingati cinta kasih yang abadi
antara Tan, Lang, dan Mei. Kebiasaan itu menyebar ke seluruh Asia Tenggara
termasuk di Negara Indonesia juga.
“Budi
luhur seseorang akan selalu diingat, walau raganya tak ada lagi di dunia ini”
22 November 2016 pukul 15.58
saya minta dibuatkan dialognya untuk drama saya secepatnya
14 Februari 2018 pukul 02.20
thank you